Melalui Project Based On Exchange (PBoX) Tourism Programme, Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) turut memeriahkanCulinary food Festival yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. Dipusatkan di Pelataran Malang Olympic Garden (MOG), Selasa (7/6), kegiatan ini dibuka oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaana dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), Dra. Hj. Heri Pudji Utami, M.AP. Beberapa hotel dan restoran ternama di Kota Malang turut memeriahkan acara ini dsamping masyarakat umum. AIESEC sendiri memiliki lima stan yang diisi mahasiswa peserta interns dari beberapanegara yaitu Amerika Serikat, Meksiko, Singapura, Korea Selatan, dan Belanda.
Dalam kesempatan tersebut mereka memamerkan makanan tradisional masing-masing negara. Di stan Meksiko misalnya, terdapat makanan tradisional seperti quesadillas, mole, guacamole, frijolej (beans), pay de limon frio serta chile chipotle. Aneka makanan tradisional ini disiapkan sendiri oleh mahasiswa program International Relations pada Universidad de las Americas Puebla (UDLAP), Ghiselle Najera Guzman. Kepada PRASETYA Online, Giselle mengaku kesulitan mendapatkan bahan masakannya di sini sehingga harus didatangkan langsung dari Meksiko.


Peserta lainnya asal Belanda, Charlotte Hamar de la Brethoniere, dalam ajang tersebut menampilkan beberapa makanan tradisional Belanda seperti Dutch Cheese, stroopwafels, pan cakes, drop (permen tradisional Belanda) dan coklat. "Hampir semuanya saya buat sendiri. Bahannyamudah ditemukan di sini", kata Charlotte yang berdarah Indonesia dari Sang Ayah. Bahkan, mahasiswa programEuropean Studies pada Univesity of Amsterdam ini mengaku, saat membuat stroopwafel, ia bisa mengganti sirup Belanda yang harus didatangkan dari negeri Kincir Angin ini dengan gula Jawa yang memiliki kemiripan.
Selain memeriahkan Culinary Food Festival, mengangkat tema "Malang Van Java", PBox Tourism AIESEC 2011 juga menyelenggarakan beberapa kegiatan seperti kampanye lingkungan, konservasi pantai Bajul Mati Malang Selatan, dan pertukaran budaya. Seluruh agenda tersebut dilangsungkan selama dua bulan, Mei-Juli.
Pada tahun ini, dua Sekolah yakni SDK Cor Jesu Malang dan TK Global menjadi pusat kegiatan kampanye lingkungan. "Anak-anak relative lebih mudah dibentuk", kata Titis, salah seorang panitia. Selain itu, kepada para siswa juga diajarkan Bahasa Inggris terutama yang spesifik masalah lingkungan, cara daur ulang dan pemisahan sampah.
Pada konservasi Bajul Mati, AIESEC menggandeng sebuah lembaga di FPIK bernama "Senyum dan Harapan". Aktivitas seperti bersih-bersih pantai dan pendidikan masyarakat pantai diselenggarakan setiap dua minggu sekali sejak awal Mei silam. "Melalui pertukaran budaya, para interns juga diberi kesempatan belajar membatik, tari tradisional dan bahasa Indonesia"kata mahasiswa Manajemen kelas Internasonal ini. [nok]
Sumber: Prasetya Online
0 comment:
Posting Komentar
Don't be a silent reader, please :)
Leave your comment in here, Guys!
I need your comments and suggestions for this blog and the articles :)